Selasa, 20 Januari 2009

KISAH MISTIK MASYARAKAT MERAPI


http://ketep.blogspot.com
LETAK geografis Gunung Merapi berada di antara dua propinsi yaitu Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk wilayah Jawa Tengah, Merapi meliputi 3 kabupaten yaitu Magelang,Klaten dan Boyolali. Sedangkan untuk DIY, wilayahnya meliputi Kecamatan Kaliurung,Turi dan Cangkringan, yang masuk dalam kabupaten Sleman.

Awal Kisah Mistik Merapi
KETEP PASS: Menurut penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi, letusan dahsyat Merapi diperkirakan pertama kali terjadi pada tahun 1006.
Pada awal abad ke-11 itu, Merapi mengakuk dan membenamkan kota Kerajaan Mataram Kuno. Diduga akibat seringnya mendapat ancaman dari Gunung Merapoi, pusat kerajaan Mataram itu pun akhirnya dipindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Tak heran jika kini di wilayah yang membentang sepanjang Sleman dan Magelang terdapat banyak peninggalan Mataram kuno yang terpendam.
Candi-candi di Kabupaten Magelang yang pernah terkubur oleh letusan Merapi diantaranya Candi Pendem, Candi Kajangkoso, Candi Asu,dll. Malah Candi Borobudur yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia pun dalam kondisi berserakan. Candi Asu dan Candi Pendem berada di Desa Sengi, Kecamatan Dukun yang berjarak hanya sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi.
Jika candi-candi yang terletak di wilayah Magelang terkubur karena memang dekat lokasinya dengan puncak Gunung Merapi. Lalu bagaimana dengan peninggalan-peninggalan kuno yang ada di wilayah Sleman? Ternyata meskipun jauh dari puncak Merapi, candi yang berada di Sleman juga ikut terkubur.
Candi Sambisari, contohnya Candi yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Merapi ini terkubur 6 meter di bawah tanah. Sambisari yang ditemukan pada tahun 1967 itu masih dalam bentuknya yang utuh ketika dilakukan penggalian. Candi-candi di Sleman yang terkubur oleh material Merapi antara lain Candi Gebang,Kedulan,Kadisoka,serta Kaliworo.
Setelah kekuasan Mataram berpindah akibat ancaman Gunung Merapi maka terbangunglah kejayaan di Jawa Timur dengan berdirinya kerajaan besar seperti Kediri,Singosari dan Majapahit. Namun pada abad 15, kekuasaan di Pulau Jawa kemudian berpindah lagi ke Jawa kemudian berpindah lagi ke Jawa Tengah. Hal ini ditandai dengan lahirnya kerjaan Demak, disusul Pajang dan kemudian Mataram Baru.
Pada era Panembahan Senopati inilah Gunung Merapi mulai dilingkupi dengan mengaitkan hubungan antara roh halus yang bermukim di Merapi dengan penguasa laut Selatan.
Mitos Mistik pun Beranak Pinak
Mitologi yang mengitari Gunung Merapi telah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, penguasa Mataram ketika itu (tahun 1586M) yakni Kanjeng Penambahan Senopati berupaya meligitimasi kekuasaannya dengan menciptakan mitos-mitos penunggu Merapi yang menghubungkan antara Gunung Merapi-Kraton Mataram-Kanjeng Ratu Kidul Laut Selatan.
Dalam hubungannya yang khusus dengan Ratu Pantai Selatan itu, Panembahan Senopati diceritakan menerima sebuah amanat berupa Ndhog Jagad (Telur Jagad). Oleh Panembahan Senapati, Telur Jagad itu kemudian diberikan kepada adbinya Penunggu Merapi, yaitu :
a. Kyai Sapujagad berperan menjaga kawah gunung
b. Nyai Gadhung Melati
c. Mbak Petruk,
d. Eyang Antaboga,
e. Eyang Megantara mengurus cuaca di puncak gunung
f. Eyang Wolawali bertugas peyeimbang dasar gunung.
Musim Bencana Munculah Kuncen
Pada saat Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya yang tinggi seperti sekarang ini, tokoh-tokoh kuncen pun muncul di permukaan. Masyarakat, percaya bahwa jika gunung siap meletus, maka para pepundhen Merapi tersebut akan memberikan peringatannya lewat sesepuh masyarakat.
Antara Realita dan Mitos
Kepercayaan masyarakat yang telah mengental ini tak jarang membuat pemerintahan daerah mengalami kesulitan. Pasalnya, meski sudah diperingatkan untuk berpindah tempat ke lokasi yang lebih aman, saat Merapi dinyatakan dalam keadaan bahaya, mereka tetap bergeming. Alasannya, belum terima tanda dari pepundhen tersebut.
http://ketep.blogspot.com

CANDI ASU, CANDI PENDEM & CANDI LUMBUNG



CANDI ASU merupakan nama sebuah candi yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, Kecamatan Dukun yang berada di lereng Gunung Merapi, Sekitar 5 km dari Ketep Pass atau sekitar 10 kilometer ke arah tenggara dari Candi Ngawen. kabupaten Magelang, propinsi Jawa Tengah. Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung. Perjalanan menanjak menyusuri lereng Merapi hingga sampai di Desa Sengi. Sebelum sampai di permukiman penduduk Desa Sengi, berbelok ke kiri dan menemui jalan tanah, tapi masih bisa dilewati mobil. Beberapa meter memasuki jalan itu, di sisi kanan jalan dijumpai Candi Asu yang diyakini sebagai peninggalan Hindu. Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Ada juga yang mengatakan nama Asu pada candi ini bukan berasal dari kata asu dalam Bahasa Jawa ngoko yang berarti anjing. Kata asu adalah hasil perubahan kebiasaan pengucapan masyarakat setempat dari kata aso atau mengaso yang berarti istirahat. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi. Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Uniknya di ketiga bangunan candi ini, di dalamnya terdapat lubang semacam sumur sedalam hampir dua meter dengan bentuk kotak berukuran sekitar 1,3 meter x 1,3 meter. Menurut arkeolog Soekmono seperti dikutip dari buku Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, sumur itu digunakan sebagai tempat pemujaan. Pemujaan tersebut bisa ditujukan kepada seorang tokoh tertentu atau arwah seorang raja. Berdasarkan Prasasti Kurambitan I dan II yang ditemukan dekat situs Candi Asu, ketiga candi ini didirikan tahun 869 Masehi. Kedua prasasti ini dikeluarkan Pamgat Tirutanu Pu Apus yang menyebut ketiga bangunan itu sebagai bangunan suci atau Salingsingan.

Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Melihat ketiga candi tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri Manggala II ( 874 M ).

Kedung Kayang


Gambar: Air terjun Kedung Kayang

Obyek wisata Kedung Kayang terletak sekitar 2 km dari Ketep Pass. Air terjun ini terbentuk dari aliran hulu sungai antara Gunung Merbabu dan gunung Merapi. Aliran sungai ini membujur dari Ketep sampai Muntilan. Untuk mencapai dasar sungai, dibutuhkan perjalanan ke bawah sungai sekitar 20 menit, karena medannya cukup terjal.

Sabtu, 17 Januari 2009

Lokasi Ketep Pass

Ketep Pass atau bukit ketep, terletak pada ketinggian 1200 dpl. Luas area sekitar 8000 m2, berjarak sekitar 17 Km dar desa Blabak ke arah timur, 30 Km dari kota Magelang dan 35 Km dari kota Boyolali. Dari kota Salatiga yang berjarak sekitar 32 Km, dapat dicapai melalui Kopeng dan Desa Kaponan.



Ketika diresmikan oleh Presiden RI Megawati pada 17 Oktober 2002 baru dibangun dua gardu pandang dan pelataran. Dengan keunggulan panorama yang atraktif Gunung Merapi-Merbabu , Hanparan teras-teras tanah pertanian serta kesejukan udara. Ketep Pass Makin Ramai dipadati Pengunjung, lebih-lebih akhir pekan dan hari libur